Tidak Ada Konsep Halal dan Haram dalam Agama Hindu
Ternyata tidak ada konsep halal dan haram dalam agama hindu. Perhatikan kutipan paragraf berikut.
Kami sadar jika dalam Hindu Dharma tidak ada label "haram atau halal" pun sadar sepenuhnya akan manfaat positif alkohol, termasuk arak dalam kondisi-kondisi tertentu. Namun, menurut FAHD, hal tersebut tidak perlu ditetapkan sebagai hari khusus, pun tidak ada pentingnya dan manfaatnya di glorifikasi.
Kutipan tersebut merupakan pernyataan dari Forum Advokasi Hindu Dharma (FAHD) yang menolak SK Gubernur tentang hari arak Bali.
Jika Anda muslim mungkin Anda terkejut mengetahui fakta bahwa dalam agama Hindu tidak ada konsep 'halal dan haram' seperti dalam Islam. Sementara dalam agama Islam konsep ini merujuk pada apa yang diizinkan (halal) dan apa yang dilarang (haram). Misalnya, susu halal sedangkan arak haram; daging sapi halal sedangkan daging babi haram.
Dalam agama Hindu, ada konsep tentang dharma, atau tindakan yang tepat, yang merujuk pada perilaku yang sesuai dengan tatanan sosial dan alam semesta. Namun, konsep ini tidak sama dengan halal dan haram dalam Islam karena tidak ada daftar khusus perilaku yang diizinkan atau dilarang.
Dari apa yang saya baca, sebagai ganti dari halal dan haram, agama Hindu memiliki ajaran tentang karma, yaitu prinsip bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang sesuai. Oleh karena itu, tindakan yang bertentangan dengan dharma dapat berdampak negatif pada kehidupan seseorang, sedangkan tindakan yang sesuai dengan dharma dapat membawa kebaikan dan keberuntungan. Tetapi menurut saya ini dua hal yang sama sekali berbeda.
![]() |
Beberapa kelompok Hindu menganggap sapi sebagai hewan suci dan memakan dagingnya merupakan hal tabu. |
Meskipun agama Hindu tidak memiliki konsep halal dan haram, banyak praktik Hindu memiliki aturan dan etika sendiri yang harus diikuti oleh para penganutnya. Misalnya, vegetarianisme sering kali dianggap sebagai bagian dari etika Hindu, dan daging tertentu dianggap tabu dalam beberapa tradisi Hindu, misalnya daging sapi. Ada beberapa kelompok Hindu yang menganggap daging sapi sebagai makanan yang tabu dan melarang konsumsinya, sementara kelompok Hindu lainnya menganggap boleh memakanannya. Apakah ini berarti bahwa etika-etika tersebut bersifat relatif, tidak objektif?
Aliran Hindu yang melarang konsumsi daging sapi adalah aliran Hare Krishna. Beberapa alasan yang mendasari larangan ini adalah bahwa sapi dianggap suci, dianggap sebagai ibu yang memberi kehidupan, dan dianggap memiliki nilai yang lebih tinggi daripada hewan lainnya.
Namun, ada kelompok Hindu lainnya yang memperbolehkan konsumsi daging sapi. Mereka beralasan bahwa India adalah negara dengan banyak penduduk non-Hindu, dan beberapa kelompok Hindu menganggap bahwa konsumsi daging sapi bukanlah suatu masalah jika dilakukan oleh orang-orang non-Hindu.
Di beberapa wilayah India, seperti di negara bagian Kerala dan di sebagian besar negara bagian timur laut India, orang-orang mengonsumsi daging sapi secara rutin. Namun, di wilayah-wilayah lain seperti di negara bagian Uttar Pradesh, konsumsi daging sapi masih dianggap tabu.
Jika tidak ada konsep halal dan haram maka ...
Maka bisa jadi semuanya halal, atau sebaliknya semuanya haram. Bisa juga sesuatu itu haram hari ini lalu bulan depan berubah menjadi halal. Bisa jadi pemuka agama yang satu mengatakan itu halal sementara yang lain mengatakan sebaliknya. Ini terjadi karena masing-masing orang menggunakan akalnya sendiri untuk menetapkan mana yang halal (boleh) dan mana yang haram (tidak boleh). Padahal akal manusia itu lemah. Oleh karena itu dia membutuhkan bimbingan. Satu-satunya yang bisa membimbing pastilah zat yang menciptakan akal. Siapa yang menciptakan akal? Siapa lagi kalau bukan Tuhan. Jadi, bimbingan atau petunjuk itu harus berasal darinya, diwahyukan kepada utusannya sebagai wahyu (kitab suci).
Kebenaran dari kitab suci adalah kebenaran yang mutlak. Apa yang dikatakan dalam kitab suci sebagai sesuatu yang 'boleh' maka bolehnya itu mutlak, begitu pun sebaliknya.
Oleh karena itu, sebelum Anda mengikuti kebenaran dari sebuah kitab suci, penting untuk memeriksa apakah kitab suci itu benar-benar wahyu atau hanya karangan manusia.
Apa masalahnya kalau tidak ada konsep halal dan haram?
BalasHapus